Bahagia di atas Penderitaan Saudara Sendiri (Kontroversi Asap)



Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku tidak pernah berfikir untuk mencegah bencana itu, bencana yang diturunkan oleh Tuhan melalui perantara manusia-manusia yang tidak peduli dengan perasaan dan hak orang lain.
Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku telah mengambil hak hidup saudaraku dengan meracuninya melalui asap yang perlahan membunuhnya.
Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena mereka menunjukkan bahwa mereka kuat dan mampu bertahan melewati bencana itu. Sedangkan aku di sini hanya mampu membayangkan.

Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat meringankan beban mereka yang terkena dampak buruk akibat perbuatan yang didasari oleh nafsu duniawi yang lebih mengarah kepada keserakahan (Corrupt) dari sebuah kepentingan yang tidak pernah mempertimbangkan dengan betul-betul apa yang mereka perbuat, yang hanya memikirkan penyebab apa yang membuat mereka melakukannya (kebutuhan), tanpa memikirkan akibat perbuatannya (resiko) apakah akan merugikan orang lain ataukah tidak.

Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Hanya karena ulah oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak mau mengakui kesalahannya, hanya karena takut menerima hukuman, hanya karena dia mengira hukuman itu hanya akan dibebankan kepadanya, sehingga dia akan melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri, untuk kepentingan keselamatan dirinya sendiri tanpa melihat dan mau merasakan penderitaan orang-orang yang telah dia sakiti.

Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku hanya duduk manis di atas kursi di sebelah meja makan memandangi tayangan berita di televisi, yang kemudian dengan mudahnya mengganti saluran televisi yang menayangkan acara lucu, gosip dan hiburan yang apabila saat itu aku diberi hati, maka ketika menonton acara selucu apapun, aku tidak bisa tertawa sedikitpun karena memikirkan bahwa disaat yang sama saudara-saudaraku tak tahu harus pergi kemana untuk menghindari penderitaan itu. 

Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku hanya sibuk mencari-cari siapa yang salah atas terjadinya bencana itu. Padahal selama aku sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, lebih baik aku sibuk menyelamatkan mereka, melakukan upaya sekecil apapun untuk membantu meringankan penderitaan mereka.

Aku malu menghirup udara segar ketika saudarku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena aku hanya sibuk membaca-baca tulisan orang yang mana yang kiranya menarik untuk dibaca, sambil menikmati segelas kopi di sebelah kanan dekat tangan kananku ini. Seandainya aku sedang menikmati kopi ini di tengah kepungan asap, mungkin aku sudah tersedak sebelum kopi masuk ke tenggorokan, malahan kopi bisa keluar melalui hidung, akhirnya tanpa sadar ketika sedang tersedak anginpun secara bersamaan tiba-tiba keluar dari lubang bawah bagian belakang. Tak perlu dibayangkan ! nanti keluar yang laen

Aku malu menghirup udara segar ketika saudarku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Aku malu !!!

Aku malu menghirup udara segar ketika saudaraku tersiksa karena tak bisa bernafas dengan tenang, di rumahnya sendiri, di tanah kelahirannya sendiri. Karena Mereka malah mengatakan “Biarlah hanya kami yang merasakan penderitaan ini, semoga engkau baik-baik di sana”. Ingin rasanya aku pergi kesana supaya merasakan penderitaan yang mereka alami, tapi aku rasa itu hanyalah tindakan bodoh yang tak ada gunanya. Hanya akan menambah panjang daftar korban dalam catatan akhir kuliah, lho,,kok ???   ya iyalaaah,, kan gak enak jikalau beritanya udah turun dengan topik “seorang mahasiswa tingkat akhir tewas bunuh diri dengan cara menghirup asap kebakaran lahan gambut gara-gara skripsinya belum di ACC dosen.” Gak enak banget kan ???

Aku sadar bahwa aku bukan superhero yang bisa melakukan semuanya sendirian. Tapi, setidaknya aku telah melakukan tindakan yang sekiranya dapat menyadarkan orang-orang yang merasa bersalah. Menyesali kesalahan saja tidak akan menyelesaikan masalah jika tidak ada tindakan untuk membuktikan penyesalan itu.

Sumber gambar :  rappler.com
Previous
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini

Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

Tidak ada komentar

Tinggalkan tanda bahwa anda pernah ada disini dengan berkomentar !

Klik aja seikhlasnya